Kapan Yesus Lahir..??
Kapan Sesungguhnya Yesus Dilahirkan?
Bagian Pertama Dari Tiga TulisanEsra Alfred SoruMungkin pada saat
tulisan ini sampai kepada anda, anda sementara sibuk dengan berbagai
perayaan Natal. Kuucapkan “SELAMAT NATAL dan TAHUN BARU”. Adalah baik
jika kita merayakan dan bergembira karenanya sebab Allah telah berkenan
diam di antara kita, menjadi sama dengan kita dengan tujuan mulia untuk
menyelamatkan kita. Namun lebih jauh dari itu, betapa pentingnya bagi
kita untuk memahami beberapa hal yang berhubungan dengan Natal sehingga
kita dapat merayakannya dengan pengertian dan pengetahuan yang baik
tentangnya. Selama beberapa hari ini saya akan membahas beberapa
persoalan di sekitar peristiwa Natal dan di bagian pertama tulisan ini
akan membahas “Kapankah Yesus dilahirkan?”“Kapankah Yesus dilahirkan?”
Pertanyaan ini mengacu kepada dua hal yakni (1) “bulan apakah Yesus
dilahirkan?” dan (2) “tahun berapa Yesus dilahirkan?”Bulan apakah Yesus
dilahirkan?Menyangkut tanggal kelahiran Kristus, benarkah Yesus
dilahirkan pada tanggal 25 Desember? Tidak! Tidak ada satu sumber pun
yang mengacu pada tanggal tersebut. Kalau kita membaca Alkitab dengan
seksama maka kita mempunyai satu acuan yang baik yakni dalam Luk 2:8 :
“Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga
kawanan ternak mereka pada waktu malam”. Jadi waktu Yesus dilahirkan
bertepatan dengan saatnya para gembala tinggal di padang untuk menjaga
kawanan ternak. Dari fakta ini rasanya sulit untuk mengatakan bahwa
kelahiran Kristus terjadi pada bulan Desember. Mengapa? Karena bulan
Desember adalah musim dingin di Israel. (Catatan : Israel terletak pada garis lintang yang sejajar dengan Jepang dan Korea Selatan). Herlianto dalam website Yayasan Bina Awam (www.yabina.org)
berkata : “Kelihatannya bulan dan tanggal itu (25 Desember) tidak
tepat, soalnya pada bulan Desember – Januari, di Palestina, iklimnya
cukup dingin dengan beberapa tempat bersalju, sehingga agaknya tidak
mungkin ada bintang terang di langit dan para gembala bisa berada di
padang Efrata dalam keadaan musim demikian (Luk.2:8), demikian juga
tentunya kaisar Agustus tidak akan mengeluarkan kebijakan sensus dan
menyuruh penduduk Yudea melakukan perjalanan jauh dalam suasana dingin
yang mencekam sehingga Maria yang hamil mesti melakukannya”. Dengan
demikian Yesus tidak mungkin lahir pada bulan Desember. Klemens dari
Alexandria juga pernah mengatakan bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 25
Pachon (20 Mei) namun ini juga bukan suatu kepastian. Lalu bulan apa?
Kita memiliki data lain dari Alkitab yakni waktu ketika Zakharia masuk
ke Bait Allah dan bertugas di sana. Waktu itu berkisar bulan Siwan (Mei –
Juni) dan dengan memperhitungkan lama kandungan Elizabeth dan Maria,
maka diperkirakan kelahiran Yesus terjadi pada sekitar Hari Raya Pondok
Daun yakni di bulan Tishri (September – Oktober). Bulan ini sepertinya
lebih dapat diterima daripada bulan Desember meskipun ini bukanlah suatu
kepastian.Mengapa menjadi 25 Desember?Kalau memang waktu kelahiran
Yesus bukanlah di bulan Desember, lalu mengapa atau darimana munculnya
tradisi Natal yang dirayakan tanggal 25 Desember ini? Encyclopedia
Britannica 2000 dengan topik ‘Christmas’mengatakan : “Alasan mengapa
Natal sampai dirayakan pada tanggal 25 Desember tetap tidak pasti,
tetapi paling mungkin alasannya adalah bahwa orang-orang Kristen
mula-mula ingin tanggal itu bertepatan dengan hari raya kafir Romawi
yang menandai ‘hari lahir dari matahari yang tak terkalahkan’ …; hari
raya ini merayakan titik balik matahari pada musim dingin, di mana siang
hari kembali memanjang dan matahari mulai naik lebih tinggi di langit.
Jadi, kebiasaan yang bersifat tradisionil yang berhubungan dengan Natal
telah berkembang dari beberapa sumber sebagai suatu akibat dari
bertepatannya perayaan kelahiran Kristus dengan perayaan kafir yang
berhubungan dengan pertanian dan matahari pada pertengahan musim dingin.
… Tanggal 25 Desember juga dianggap sebagai hari kelahiran dari dewa
misterius bangsa Iran, yang bernama Mithra, sang Surya Kebenaran”. Lalu
kalau begitu apakah perayaan Natal ini berbau kekafiran seperti
dituduhkan oleh beberapa golongan belakangan ini? (Catatan : Beberapa
gereja menolak merayakan Natal karena beranggapan bahwa Natal bersumber
dari tradisi kafir). Tentu saja tidak! Harus diingat bahwa perayaan
Natal yang bertepatan dengan perayaan kafir itu bukan berarti bahwa umat
Kristen waktu itu menyembah dewa-dewa kafir. Sebaliknya justru mereka
ingin menjauhkan diri dari kekafiran. Perhatikan kata-kata Herlianto :
“Pada tahun 274, di Roma dimulai perayaan hari kelahiran matahari pada
tanggal 25 Desember sebagai penutup festival saturnalia (17-24 Desember)
karena diakhir musim salju matahari mulai menampakkan sinarnya pada
hari itu. Menghadapi perayaan kafir itu, umat Kristen umumnya
meninggalkannya dan tidak lagi mengikuti upacara itu, namun dengan
adanya kristenisasi masal di masa Konstantin, banyak orang Kristen Roma
masih merayakannya sekalipun sudah mengikuti agama Kristen. Kenyataan
ini mendorong pimpinan gereja di Roma mengganti hari perayaan ‘kelahiran
matahari’ itu menjadi perayaan ‘kelahiran Matahari Kebenaran’ dengan
maksud mengalihkan umat Kristen dari ibadat kafir pada tanggal itu dan
kemudian menggantinya menjadi perayaan ‘Natal.’ Pada tahun 336, perayaan
Natal mulai dirayakan tanggal 25 Desember sebagai pengganti tanggal 6
Januari. Ketentuan ini diresmikan kaisar Konstantin yang saat itu
dijadikan lambang raja Kristen. Perayaan Natal kemudian dirayakan di
Anthiokia (375), Konstantinopel (380), dan Alexandria (430), kemudian
menyebar ke tempat-tempat lain”. (www.yabina.org). Herlianto melanjutkan
: “Dari kenyataan sejarah tersebut kita mengetahui bahwa Natal bukanlah
perayaan dewa matahari, namun usaha pimpinan gereja untuk mengalihkan
umat Roma dari dewa matahari kepada Tuhan Yesus Kristus dengan cara
menggeser tanggal 6 Januari menjadi 25 Desember, dengan maksud agar umat
Kristen tidak lagi mengikuti upacara kekafiran Romawi. Masa kini umat
Kristen tidak ada yang mengkaitkan hari Natal dengan hari dewa matahari,
dan tanggal 25 Desember pun tidak lagi mengikat, sebab setidaknya umat
Kristen secara umum merayakan hari Natal pada salah satu hari di bulan
Desember sampai Januari demi keseragaman. Karenanya Encyclopedia
Britannica 2000 dengan topik ‘from church year Christmas’ menulis :
“…hari raya tentang kelahiran Kristus, hari lahir dari ‘surya kebenaran’
(Mal 4:2) ditetapkan di Roma, atau mungkin di Afrika Utara, sebagai
suatu saingan Kristen terhadap hari raya kafir dari surya yang tak
terkalahkan pada titik balik matahari. …” Demikianlah asal usul perayaan
Natal pada tanggal 25 Desember.Tahun berapakah Yesus dilahirkan?Sama
seperti masalah tanggal/bulan kelahiran Kristus, tahun kelahiran Kristus
pun tidak pasti. Namun demikian, kita memiliki beberapa acuan historis
dari Alkitab. (1) Yesus dilahirkan pada zaman raja Herodes (Mat 2:1).
Kalau Yesus dilahirkan pada zaman raja Herodes maka kita memerlukan
informasi masa pemerintahan Herodes. Flavius Josephus seorang sejarawan
Yahudi memberikan informasi bahwa Herodes mulai memerintah dari tahun
73 hingga tahun 4 SM (tahun kematiannya). Itu berarti bahwa Yesus tidak
mungkin lahir setelah tahun 4 SM karena sewaktu Yesus lahir Herodes
masih hidup dan bahkan Herodes ingin membunuhnya. Dari terang ini kita
bisa memperkirakan bahwa Yesus lahir beberapa tahun sebelum kematian
Herodes (tahun 4 SM). (2) Yesus dilahirkan pada saat Kaisar Agustus
mengadakan sensus di mana Kirenius menjadi wali negeri di Siria (Luk
2:1-2). Menurut catatan Josephus, seorang bernama Kirenius pernah
dikirim ke Siria dan Yudea untuk menyelenggarakan suatu sesus pada
permulaan tarikh masehi. Sensus ini merupakan bagian dari operasi
pembersihan setelah Arkhelaus (putera Herodes Agung) dipecat dari
jabatannya. Peristiwa ini terjadi beberapa tahun setelah Herodes mati
(tahun 6-7 M). Melihat data ini rasanya sulit mencocokkannya dengan
acuan pertama di atas namun penjelasan dapat diberikan untuk ini bahwa
Lukas memberikan catatan awal dari tugas Kirenius itu (beberapa tahun
sebelum tahun 6-7 M) namun mengingat masalah transportasi dan komunikasi
yang sangat sulit waktu itu maka tugas itu baru berakhir pada tahun 6-7
M seperti yang dicatat oleh Josephus. (Informasi : Untuk memahami lebih
jauh masalah ini, silahkan baca buku John Drane “Memahami Perjanjian
Baru” hal. 54-57). (3) Yesus dibaptis ketika berumur 30 tahun yakni
tahun ke 15 dari pemerintahan kaisar Tiberius (Luk 3:1). Pemerintahan
resmi Kaisar Tiberius atas Roma dimulai pada tahun 14 M sehingga tahun
ke 15 pemerintahnnya adalah tahun 28 M. Namun sebenarnya ia telah
memerintah bersama kaisar Agustus sejak tahun 11 M sehingga meskipun ia
secara resmi baru memerintah tahun 14 M (setelah Agustus mati) tetapi
sesungguhnya ia telah memegang kekuasaan sejak tahun 11 M. Mungkin
sekali Lukas menghitung tahun ke 15 pemerintahan Tiberius ini dari tahun
11 M sehingga tahun ke 15 pemerintahan Tiberius adalah tahun 25-26 M.
Kalau pada tahun 25-26 M Yesus berumur 30 tahun, maka dapat diperkirakan
waktu kelahiran Yesus dari sini yakni berkisar tahun 5 atau 4 SM. Dari
semua data sejarah ini pada umumnya para ahli sejarah dan teolog
memberikan perhitungan tahun kelahiran Yesus di sekitar tahun 8 hingga
tahun 4 SM. Ada yang berkata Yesus lahir sekitar tahun 8-5 SM, ada juga
yang memperkirakan tahun 6-4 SM.Mengapa Yesus lahir “Sebelum
Masehi”?Dari beberapa perhitungan tahun kelahiran Yesus yang telah
dikemukakan di atas, semuanya mengacu pada masa sebelum Masehi. Kata
“Masehi” sesungguhnya mempunyai akar kata yang sama dengan “Mesias”
dalam bahasa Ibrani dan “Kristus” dalam bahasa Yunani. Jadi sesungguhnya
kata “Masehi” yang dipakai dalam perhitungan tahun-tahun pada masa kini
menunjuk pada Kristus. Jika kita menyebut tahun 50 SM (Sebelum Masehi)
artinya ada 50 tahun sebelum kelahiran Kristus. Jika kita menyebut tahun
100 M (Masehi) maka maksudnya adalah 100 tahun setelah kelahiran
Kristus. Tentu sesuatu yang sangat menarik bahwa tahun kelahiran Kristus
dijadikan sebagai patokan perhitungan tahun dalam dunia ini. Lalu
bagaimana dengan perhitungan-perhitungan tahun kelahiran Kristus yang
mengacu pada masa sebelum Masehi? Jika kita berkata bahwa Kristus
dilahirkan sekitar tahun 8-5 sebelum Masehi bukankah itu berarti bahwa
Kristus lahir sekitar 5-8 tahun sebelum kelahiran-Nya? Bukankah ini
sebuah kejanggalan? Mengapa bisa terjadi seperti ini?Pada abad 6 kaisar
Justinian memberikan perintah kepada seorang yang bernama Dionisius
Exegius untuk membuat sebuah kalender dengan perhitungan tahun Masehi
(tahun kelahiran Kristus) untuk mengganti kalender Romawi saat itu yang
memakai perhitungan tahun berdasarkan tahun berdirinya kota Roma yang
biasanya disingkat AUC (Ab Urbe Condita). Menurut perhitungan tahun AUC,
kelahiran Kristus jatuh pada tahun 747 namun ternyata dalam pembuatan
kalender Masehi itu Dionisius Exegius membuat kekeliruan perhitungan
dengan menempatkan kelahiran Kristus pada tahun 753 AUC sehingga terjadi
kekurangan sekitar 6 tahun. (Informasi : Baca penjelasannya lebih
lanjut dalam buku Selamat Natal karangan Andar Ismail, hal. 43).
Kekeliruan ini tidak sempat diperbaiki karena kalender yang dibuat telah
dipublikasikan ke seluruh kekaisaran Romawi bahkan sudah diterima
seluruh dunia pada masa kini (Catatan : Jadi kalender yang kita pakai
sekarang ini adalah hasil karya Dionisius Exegius). Karena kekurangan
ini maka Kristus yang seharusnya menurut tarikh Masehi dilahirkan pada
tahun 0 (nol) sebagai pusat perhitungan tahun-tahun akhirnya bergeser
kira-kira 6 tahun. Itulah sebabnya perhitungan tahun kelahiran Kristus
menjadi bergeser beberapa tahun dari tahun 0 (nol) sehingga para
sejarawan dan peneliti menempatkannya sekitar tahun 6-4 SM. Dan dengan
demikian perhitungan tahun kita saat ini juga berkurang sekitar 6 tahun.
Jadi seandainya tidak terjadi kekeliruan perhitungan Exegius maka
sekarang ini kita bukannya berada pada tahun 2004 melainkan mungkin di
sekitar tahun 2008 atau 2010. Faktanya Exegius telah salah menghitung
dan akhirnya tahun-tahun berkurang 6 tahun sehingga kita saat ini masih
berada di tahun 2004. Demikianlah alasan bagi kejanggalan di sekitar
tahun kelahiran Kristus.
Bagian Pertama Dari Tiga Tulisan
Esra Alfred Soru
Mungkin pada saat tulisan ini sampai kepada anda, anda sementara sibuk
dengan berbagai perayaan Natal. Kuucapkan “SELAMAT NATAL dan TAHUN
BARU”. Adalah baik jika kita merayakan dan bergembira karenanya sebab
Allah telah berkenan diam di antara kita, menjadi sama dengan kita
dengan tujuan mulia untuk menyelamatkan kita. Namun lebih jauh dari itu,
betapa pentingnya bagi kita untuk memahami beberapa hal yang
berhubungan dengan Natal sehingga kita dapat merayakannya dengan
pengertian dan pengetahuan yang baik tentangnya. Selama beberapa hari
ini saya akan membahas beberapa persoalan di sekitar peristiwa Natal dan
di bagian pertama tulisan ini akan membahas “Kapankah Yesus
dilahirkan?”
“Kapankah Yesus dilahirkan?” Pertanyaan ini mengacu kepada dua hal yakni
(1) “bulan apakah Yesus dilahirkan?” dan (2) “tahun berapa Yesus
dilahirkan?”
Bulan apakah Yesus dilahirkan?
Menyangkut tanggal kelahiran Kristus, benarkah Yesus dilahirkan pada
tanggal 25 Desember? Tidak! Tidak ada satu sumber pun yang mengacu pada
tanggal tersebut. Kalau kita membaca Alkitab dengan seksama maka kita
mempunyai satu acuan yang baik yakni dalam Luk 2:8 : “Di daerah itu ada
gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka
pada waktu malam”. Jadi waktu Yesus dilahirkan bertepatan dengan saatnya
para gembala tinggal di padang untuk menjaga kawanan ternak. Dari fakta
ini rasanya sulit untuk mengatakan bahwa kelahiran Kristus terjadi pada
bulan Desember. Mengapa? Karena bulan Desember adalah musim dingin di
Israel. (Catatan : Israel terletak pada garis lintang yang sejajar
dengan Jepang dan Korea Selatan). Herlianto dalam website Yayasan Bina
Awam (www.yabina.org) berkata : “Kelihatannya bulan dan tanggal itu (25
Desember) tidak tepat, soalnya pada bulan Desember – Januari, di Palestina,
iklimnya cukup dingin dengan beberapa tempat bersalju, sehingga agaknya
tidak mungkin ada bintang terang di langit dan para gembala bisa berada
di padang Efrata dalam keadaan musim demikian (Luk.2:8), demikian juga
tentunya kaisar Agustus tidak akan mengeluarkan kebijakan sensus dan
menyuruh penduduk Yudea melakukan perjalanan jauh dalam suasana dingin
yang mencekam sehingga Maria yang hamil mesti melakukannya”. Dengan
demikian Yesus tidak mungkin lahir pada bulan Desember. Klemens dari Alexandria
juga pernah mengatakan bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Pachon
(20 Mei) namun ini juga bukan suatu kepastian. Lalu bulan apa? Kita
memiliki data lain dari Alkitab yakni waktu ketika Zakharia masuk ke
Bait Allah dan bertugas di sana. Waktu itu berkisar bulan Siwan (Mei –
Juni) dan dengan memperhitungkan lama kandungan Elizabeth dan Maria,
maka diperkirakan kelahiran Yesus terjadi pada sekitar Hari Raya Pondok
Daun yakni di bulan Tishri (September – Oktober). Bulan ini sepertinya
lebih dapat diterima daripada bulan Desember meskipun ini bukanlah suatu
kepastian.
Mengapa menjadi 25 Desember?
Kalau memang waktu kelahiran Yesus bukanlah di bulan Desember, lalu
mengapa atau darimana munculnya tradisi Natal yang dirayakan tanggal 25
Desember ini? Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Christmas’
mengatakan : “Alasan mengapa Natal sampai dirayakan pada tanggal 25
Desember tetap tidak pasti, tetapi paling mungkin alasannya adalah bahwa
orang-orang Kristen mula-mula ingin tanggal itu bertepatan dengan hari
raya kafir Romawi yang menandai ‘hari lahir dari matahari yang tak
terkalahkan’ …; hari raya ini merayakan titik balik matahari pada musim
dingin, di mana siang hari kembali memanjang dan matahari mulai naik
lebih tinggi di langit. Jadi, kebiasaan yang bersifat tradisionil yang
berhubungan dengan Natal telah berkembang dari beberapa sumber sebagai
suatu akibat dari bertepatannya perayaan kelahiran Kristus dengan
perayaan kafir yang berhubungan dengan pertanian dan matahari pada
pertengahan musim dingin. … Tanggal 25 Desember juga dianggap sebagai
hari kelahiran dari dewa misterius bangsa Iran, yang bernama Mithra,
sang Surya Kebenaran”. Lalu kalau begitu apakah perayaan Natal ini
berbau kekafiran seperti dituduhkan oleh beberapa golongan belakangan
ini? (Catatan : Beberapa gereja menolak merayakan Natal karena
beranggapan bahwa Natal bersumber dari tradisi kafir). Tentu saja tidak!
Harus diingat bahwa perayaan Natal yang bertepatan dengan perayaan
kafir itu bukan berarti bahwa umat Kristen waktu itu menyembah dewa-dewa
kafir. Sebaliknya justru mereka ingin menjauhkan diri dari kekafiran.
Perhatikan kata-kata Herlianto : “Pada tahun 274, di Roma dimulai
perayaan hari kelahiran matahari pada tanggal 25 Desember sebagai
penutup festival saturnalia (17-24 Desember) karena diakhir musim salju
matahari mulai menampakkan sinarnya pada hari itu. Menghadapi perayaan
kafir itu, umat Kristen umumnya meninggalkannya dan tidak lagi mengikuti
upacara itu, namun dengan adanya kristenisasi masal di masa Konstantin,
banyak orang Kristen Roma masih merayakannya sekalipun sudah mengikuti
agama Kristen. Kenyataan ini mendorong pimpinan gereja di Roma mengganti
hari perayaan ‘kelahiran matahari’ itu menjadi perayaan ‘kelahiran
Matahari Kebenaran’ dengan maksud mengalihkan umat Kristen dari ibadat
kafir pada tanggal itu dan kemudian menggantinya menjadi perayaan
‘Natal.’ Pada tahun 336, perayaan Natal mulai dirayakan tanggal 25
Desember sebagai pengganti tanggal 6 Januari. Ketentuan ini diresmikan
kaisar Konstantin yang saat itu dijadikan lambang raja Kristen. Perayaan
Natal kemudian dirayakan di Anthiokia (375), Konstantinopel (380), dan
Alexandria (430), kemudian menyebar ke tempat-tempat lain”.
(www.yabina.org). Herlianto melanjutkan : “Dari kenyataan sejarah
tersebut kita mengetahui bahwa Natal bukanlah perayaan dewa matahari,
namun usaha pimpinan gereja untuk mengalihkan umat Roma dari dewa
matahari kepada Tuhan Yesus Kristus dengan cara menggeser tanggal 6
Januari menjadi 25 Desember, dengan maksud agar umat Kristen tidak lagi
mengikuti upacara kekafiran Romawi. Masa kini umat Kristen tidak ada
yang mengkaitkan hari Natal dengan hari dewa matahari, dan tanggal 25
Desember pun tidak lagi mengikat, sebab setidaknya umat Kristen secara
umum merayakan hari Natal pada salah satu hari di bulan Desember sampai
Januari demi keseragaman. Karenanya Encyclopedia Britannica 2000 dengan
topik ‘from church year Christmas’ menulis : “...hari raya tentang
kelahiran Kristus, hari lahir dari ‘surya kebenaran’ (Mal 4:2)
ditetapkan di Roma, atau mungkin di Afrika Utara, sebagai suatu saingan
Kristen terhadap hari raya kafir dari surya yang tak terkalahkan pada
titik balik matahari. …” Demikianlah asal usul perayaan Natal pada
tanggal 25 Desember.
Tahun berapakah Yesus dilahirkan?
Sama seperti masalah tanggal/bulan kelahiran Kristus, tahun kelahiran
Kristus pun tidak pasti. Namun demikian, kita memiliki beberapa acuan
historis dari Alkitab. (1) Yesus dilahirkan pada zaman raja Herodes (Mat
2:1). Kalau Yesus dilahirkan pada zaman raja Herodes maka kita
memerlukan informasi masa pemerintahan Herodes. Flavius Josephus seorang
sejarawan Yahudi memberikan informasi bahwa Herodes mulai memerintah
dari tahun 73 hingga tahun 4 SM (tahun kematiannya). Itu berarti bahwa
Yesus tidak mungkin lahir setelah tahun 4 SM karena sewaktu Yesus lahir
Herodes masih hidup dan bahkan Herodes ingin membunuhnya. Dari terang
ini kita bisa memperkirakan bahwa Yesus lahir beberapa tahun sebelum
kematian Herodes (tahun 4 SM). (2) Yesus dilahirkan pada saat Kaisar
Agustus mengadakan sensus di
mana Kirenius menjadi wali negeri di Siria (Luk 2:1-2). Menurut catatan
Josephus, seorang bernama Kirenius pernah dikirim ke Siria dan Yudea
untuk menyelenggarakan suatu sesus pada permulaan tarikh masehi. Sensus
ini merupakan bagian dari operasi pembersihan setelah Arkhelaus (putera
Herodes Agung) dipecat dari jabatannya. Peristiwa ini terjadi
beberapa tahun setelah Herodes mati (tahun 6-7 M). Melihat data ini
rasanya sulit mencocokkannya dengan acuan pertama di atas namun
penjelasan dapat diberikan untuk ini bahwa Lukas memberikan catatan awal
dari tugas Kirenius itu (beberapa tahun sebelum tahun 6-7 M) namun
mengingat masalah transportasi dan komunikasi yang sangat sulit waktu
itu maka tugas itu baru berakhir pada tahun 6-7 M seperti yang dicatat
oleh Josephus. (Informasi : Untuk memahami lebih jauh masalah ini,
silahkan baca buku John Drane “Memahami Perjanjian Baru” hal. 54-57).
(3) Yesus dibaptis ketika berumur 30 tahun yakni tahun ke 15 dari
pemerintahan kaisar Tiberius (Luk 3:1). Pemerintahan resmi Kaisar
Tiberius atas Roma dimulai pada tahun 14 M sehingga tahun ke 15
pemerintahnnya adalah tahun 28 M. Namun sebenarnya ia telah memerintah
bersama kaisar Agustus sejak tahun 11 M sehingga meskipun ia secara
resmi baru memerintah tahun 14 M (setelah Agustus mati) tetapi
sesungguhnya ia telah memegang kekuasaan sejak tahun 11 M. Mungkin
sekali Lukas menghitung tahun ke 15 pemerintahan Tiberius ini dari tahun
11 M sehingga tahun ke 15 pemerintahan Tiberius adalah tahun 25-26 M.
Kalau pada tahun 25-26 M Yesus berumur 30 tahun, maka dapat diperkirakan
waktu kelahiran Yesus dari sini yakni berkisar tahun 5 atau 4 SM. Dari
semua data sejarah ini pada umumnya para ahli sejarah dan teolog
memberikan perhitungan tahun kelahiran Yesus di sekitar tahun 8 hingga
tahun 4 SM. Ada yang berkata Yesus lahir sekitar tahun 8-5 SM, ada juga
yang memperkirakan tahun 6-4 SM.
Mengapa Yesus lahir “Sebelum Masehi”?
Dari beberapa perhitungan tahun kelahiran Yesus yang telah dikemukakan
di atas, semuanya mengacu pada masa sebelum Masehi. Kata “Masehi”
sesungguhnya mempunyai akar kata yang sama dengan “Mesias” dalam bahasa
Ibrani dan “Kristus” dalam bahasa Yunani. Jadi sesungguhnya kata
“Masehi” yang dipakai dalam perhitungan tahun-tahun pada masa kini
menunjuk pada Kristus. Jika kita menyebut tahun 50 SM (Sebelum Masehi)
artinya ada 50 tahun sebelum kelahiran Kristus. Jika kita menyebut tahun
100 M (Masehi) maka maksudnya adalah 100 tahun setelah kelahiran
Kristus. Tentu sesuatu yang sangat menarik bahwa tahun kelahiran Kristus
dijadikan sebagai patokan perhitungan tahun dalam dunia ini. Lalu
bagaimana dengan perhitungan-perhitungan tahun kelahiran Kristus yang
mengacu pada masa sebelum Masehi? Jika kita berkata bahwa Kristus
dilahirkan sekitar tahun 8-5 sebelum Masehi bukankah itu berarti bahwa
Kristus lahir sekitar 5-8 tahun sebelum kelahiran-Nya? Bukankah ini
sebuah kejanggalan? Mengapa bisa terjadi seperti ini?
Pada abad 6 kaisar Justinian memberikan perintah kepada seorang yang
bernama Dionisius Exegius untuk membuat sebuah kalender dengan
perhitungan tahun Masehi (tahun kelahiran Kristus) untuk mengganti
kalender Romawi saat itu yang memakai perhitungan tahun berdasarkan
tahun berdirinya kota Roma yang biasanya disingkat AUC (Ab Urbe
Condita). Menurut perhitungan tahun AUC, kelahiran Kristus jatuh pada
tahun 747 namun ternyata dalam pembuatan kalender Masehi itu Dionisius
Exegius membuat kekeliruan perhitungan dengan menempatkan kelahiran
Kristus pada tahun 753 AUC sehingga terjadi kekurangan sekitar 6 tahun.
(Informasi : Baca penjelasannya lebih lanjut dalam buku Selamat Natal
karangan Andar Ismail, hal. 43). Kekeliruan ini tidak sempat diperbaiki
karena kalender yang dibuat telah dipublikasikan ke seluruh kekaisaran
Romawi bahkan sudah diterima seluruh dunia pada masa kini (Catatan :
Jadi kalender yang kita pakai sekarang ini adalah hasil karya Dionisius
Exegius). Karena kekurangan ini maka Kristus yang seharusnya menurut
tarikh Masehi dilahirkan pada tahun 0 (nol) sebagai pusat perhitungan
tahun-tahun akhirnya bergeser kira-kira 6 tahun. Itulah sebabnya
perhitungan tahun kelahiran Kristus menjadi bergeser beberapa tahun dari
tahun 0 (nol) sehingga para sejarawan dan peneliti menempatkannya
sekitar tahun 6-4 SM. Dan dengan demikian perhitungan tahun kita saat
ini juga berkurang sekitar 6 tahun. Jadi seandainya tidak terjadi
kekeliruan perhitungan Exegius maka sekarang ini kita bukannya berada
pada tahun 2004 melainkan mungkin di sekitar tahun 2008 atau 2010.
Faktanya Exegius telah salah menghitung dan akhirnya tahun-tahun
berkurang 6 tahun sehingga kita saat ini masih berada di tahun 2004.
Demikianlah alasan bagi kejanggalan di sekitar tahun kelahiran Kristus.
Sumber :
PD Air Hidup





